Minggu, 17 Mei 2015

Untuk Kamu yang Telah Jauh


Hai Mr. X...

Pertama kali kita diberikan kesempatan untuk bertemu adalah saat kita duduk di bangku SMP kelas 3. Dengan cara pertemuan yang sedikit tidak menyenangkan. Dua orang perempuan yang merupakan teman-temanku sama-sama menyukaimu dan akhirnya mereka hanya berujung pada pertengkaran dan saling memendam benci. Aku bertindak sebagai mediator pada saat itu, tapi kau justru melihat dan tertarik padaku. Anehnya ketika mereka tahu tentang perasaanmu padaku, mereka mendukung kamu dan aku untuk bersatu.

Kamu adalah laki-laki pertama yang menyatakan cinta padaku secara langsung dan aku baru benar-benar merasa dicintai saat bersamamu. Kejujuran yang selalu kau tunjukkan padaku, mampu membuat aku tidak menoleh kemanapun. Kau memiliki kepercayaanku, pada saat itu. Menempuh pendidikan di SMA yang berbeda pun bukanlah sebuah masalah besar untuk kita. Kita mengatur waktu untuk bertemu dan terus menyempatkan diri untuk berkomunikasi.

Entah apa penyebabnya, kamu pernah dengan tiba-tiba memutuskan hubungan kita yang kuterima dengan penuh rasa ikhlas. Walaupun tak sampai sebulan, kau memintaku untuk kembali. Hubungan ini kita perbaiki bersama-sama. Tapi tak lama kemudian, kamu begitu lagi. Memutuskan hubungan kita secara sepihak. Dan lagi-lagi aku hanya bisa menerimanya dengan ikhlas.

Kekosongan. Aku merasa begitu kosong setelah itu. Sampai kamu menghubungiku lagi dan memintaku untuk bertemu. Memintaku untuk kembali padamu. Kamu pernah memutuskan hubungan ini dua kali tanpa alasan yang jelas dan tidak akan pernah ada yang ketiga kalinya. Aku menolak untuk kembali bersama bahkan aku tidak mempedulikan rengekanmu.

Sampai kutahu bahwa kamu menemukan penggantiku dan aku pun memutuskan untuk mencari penggantimu. Pikiranku sakit waktu itu, hingga aku memutuskan untuk menerima jalinan hubungan cinta yang ditawarkan oleh sahabatmu. Aku pikir dengan cara inilah, aku bisa melupakanmu. Tapi ternyata cara ini gagal.

Kamu kembali lagi padaku, entah untuk yang keberapa kalinya. Padahal kamu sadar betul kalau telah ada perempuan lain yang berjalan disisimu. Dengan kebodohan yang timbul akibat rasa rindu yang dalam, dengan tangan terbuka aku menerimamu. Hanya hubungan tanpa status, hubungan yang disembunyikan dari perempuanmu.

Kebahagianku adalah ketika kamu bilang kalau kamu dan dia telah putus. Tapi entah kenapa, aku masih merasa nyaman dengan hubungan kita yang tanpa status dan tidak merengek padamu untuk segera meresmikan hubungan kita. Aku takut dengan hubungan yang resmi dan adanya kemungkinan putus tersebut.

Ternyata kamu sakit dan memutuskan untuk kembali ke Bengkulu –kota asalmu- untuk berobat. Barulah setelah kamu kembali dari Bengkulu, kamu meresmikan hubungan kita.Tapi kamu belum sembuh benar dan aku selalu meluangkan waktu untuk membantumu dan merawatmu. Walaupun aku harus merelakan beberapa hal.

Aku begitu bahagia ketika kamu sembuh. Kamu bisa kembali bekerja. Kamu mengenalkan aku pada orangtua angkatmu dan orangtua kandungmu. Kamu mengabarkan padaku bahwa ibumu merestui kita. Dan kamu menjanjikan sebuah pernikahan padaku. Sampai aku benar-benar yakin bahwa kita hanya tinggal menunggu waktu saja untuk itu.

Bahkan, kenyataan aku menemukan sebuah puisi buatanmu tentang perempuan-perempuan yang pernah hadir di hidupmu dan dalam puisi itu aku tahu bahwa kau bertahan denganku bukan karena cinta tapi karena komitmen, aku tak mempermasalahkannya.

Tapi aku mulai merasa ada yang ganjal ketika hari dimana kamu tiba-tiba pergi ke Bengkulu. Kamu hanya bilang bahwa ada masalah di Bengkulu yang harus diselesaikan. Saat kamu kembali, aku perlu mendesakmu mati-matian agar menjelaskan tentang masalah apa yang ada di Bengkulu.

Sebuah perjodohan. Kamu mendapatkan sebuah perjodohan dari Mbah-mu! Apa-apaan! Dimana dia saat kamu sedang dalam masa sulit di sini? Dimana dia saat kamu sedang sakit? Dimana restu ibumu padaku yang hilang karna rasa takut pada Mbahmu? Dimana janji sebuah pernikahan yang kau berikan padaku? Dimana kamu yang keras kepala dan pantang menyerah? Dan yang paling penting, dimana hatimu berada? Kenapa kau tak mampu menolak perjodohan itu?

Apakah aku bisa memanggilmu Pemberi Harapan Palsu?

Tapi ketahuilah kamu si Pemberi Harapan Palsu, siapa laki-laki yang ada di sisiku sekarang. Dia tak pernah sedikitpun membiarkan aku merasa sedih yang berlarut-larut. Dia tak pernah lelah membimbingku menjadi dewasa. Dia begitu sabar menghadapiku.

Aku masih punya banyak tahun ke depan yang bahagia bersama dia. Empat tahun bersamamu kemarin itu akan jadi tidak ada apa-apanya ketika aku dan dia terus melangkah ke depan untuk saling membahagiakan. Saling membahagiakan tanpa batas waktu dan ruang.
Cerpen ini ditulis untuk mengikuti kompetisi #NulisFiksiPHP dari @iindrapurwana, berhadiah 3 e-book “Rahasia Menulis Kreatif” karya Raditya Dika.

6 komentar:

  1. Penuh perasaan, ngalir. Mantap fai.
    Sampe kebawa gue pas baca paragraf yg "sebuah perjodohan" hehe

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Keren banget kak masuk kehati, nice post
    mampir juga ya ke yamabukanayam.blogspot.com

    BalasHapus
  4. semoga si mr x tau dan sadar :")
    curcolnya dapet banget...
    pemberi harapan palsu everywhere, pemberi harapan palsu everywhere.

    BalasHapus
    Balasan
    1. at least, aku sudah punya obat penawarnya ;)

      Hapus