Sunyi
Sepi
Hening
Masih sunyi
Tetap sunyi
Masih sepi
Tetap sepi
Masih hening
Tetap hening
Sepertinya aku sendirian....
Lupa ingatan adalah hal yang paling aku takutkan. Jadi aku menulis, untuk mengingat semuanya. Hope you enjoy my words :)
Sunyi
Sepi
Hening
Masih sunyi
Tetap sunyi
Masih sepi
Tetap sepi
Masih hening
Tetap hening
Sepertinya aku sendirian....
Memangnya Hawa datang pada Adam dalam bentuk yang sempurna???
Memangnya Adam membimbing Hawa dengan sempurna???
Jika ya, tak mungkin mereka terusir dari surga
Memangnya kisah cinta Romeo dan Juliet yang fenomenal itu adalah kisah cinta sempurna yang didamba banyak orang???
Jika ya, silahkan akhiri hubungan kalian dengan bunuh diri
Tidak ada kisah cinta yang sempurna
Tidak ada kisah cinta yang selalu bahagia atau selalu sedih
Tidak ada manusia yang tidak punya kekurangan
Tidak ada manusia yang selalu sabar atau selalu marah
Jangan takut untuk jujur
Jujur dalam perasaan ataupun perbuatan
Apapun reaksiku biar kita selesaikan nanti
Tak perlu kamu atau kisah cinta yang sempurna, pun aku tak sempurna, sayang
Gak ada yang bilang itu mudah. Tapi gak ada yang bilang kalau kita gabisa melakukannya. - Fai Prasida
Gue belajar banyak dari kutipan yang gue bikin sendiri itu. Kutipan itu muncul waktu gue dikasih sebuah tanggung jawab buat memimpin teman-teman gue di suatu acara kampus. Dan sempat bangga waktu kutipan gue itu dipakai sama ketua organisasi periode tahun lalu buat memotivasi teman-teman se-organisasi tanpa menghilangkan nama gue.
Ini kutipan kedua favorit gue setelah do all things with love. Kutipan ini berhasil bikin gue percaya diri dan ikhlas buat mengikuti program-program yang ada di jurusan gue, seperti: kuliah kerja nyata, praktik kerja lapangan, dan yang terkahir gue baru laluin adalah praktik kerja mengajar.
Program pertama yang gue ikutin adalah kuliah kerja nyata, sebulan di pedesaan Banten, tidak diizinkan pulang sebelum waktunya, adaptasi dengan budaya setempat, dsb. Ngebayanginnya, itu susah dan nyiksa banget. Nyiksa kalo kangen emak sama pacar wkwk. Tapi pas dijalanin, santai banget, apalagi pas tau dapat tempat dekat daerah wisata. Kalau kalian tau Pantai Carita, nah rumah' gue tinggal nyebrang doang kalo mau ke pantai Carita. Bahkan gue tau pintu masuk Pantainya biar gak bayar hahaha.
Program ke-2 yaitu praktik kerja lapangan juga awalnya gak kebayang deh bagaimana harus beradaptasi sama mba-mba dan mas-mas yang sibuk seharian depan komputer. Pas dijalanin? Mba dan masnya ramah banget. Gue diajak buka puasa bersama sampe 2 kali, makan2 bareng sekali, dikasih kenang-kenangan kaos, dll yang bikin gue ngerasa dihargai walaupun statusnya cuma magang.
Dan yang terakhir ini adalah praktik kerja mengajar selama 1 semester di sekolah. Gimana rasanya?
Sejauh ini, praktik kerja mengajar emang punya porsi berlebih di dalam pikiran gue dibandingkan program-program lainnya. Kebayang harus bangun pagi buta, begadang buat bikin administrasi ngajar, ketemu sama banyak siswa, berdiri di depan kelas dan jadi pusat perhatian, dan lain-lain.
Waktu itu dari kelas gue, gue satu kelompok dengan Ibu Surya dan Pak Yudha. Kami sepakat buat PKM di 31 yang sebagian besar usul dari Pak Yudha, tapi sayangnya ditengah perjalanan Pak Yudha memutuskan pindah dan digantikan dengan Bu Mirsya dan Bu Rizdah. Hiks :'(
Hingga tibalah saatnya gue dan yang lain datang ke 31 untuk berkenalan dengan lingkungan sekolah dan menemui Ketua Program Studi Administrasi Perkantoran, Ibu Sri. Saat itu Ibu Sri langsung membagikan mata pelajaran serta guru pamong untuk 1 semester. Singkat cerita, gue milih mata pelajaran Administrasi Humas & Keprotokolan, karena gue pernah berkecimpung di dunia kehumasan selama 2 tahun.
Untuk berdiri di depan kelas, ditatap puluhan mata, dan jadi pusat perhatian, sesungguhnya it's really not me. Tapi gue sadar, gue gak akan bisa mundur, jadi maju aja terus, hantam.
Apa yang gue pelajarin di bangku kuliah, mulai dari pelajarannya sampai etika keguruannya, gue terapin saat praktik di sekolah. Gue amat sangat menghormati profesi guru, karena itu cita-cita gue saat kecil (sekarang udah engga wkwk) dan bagi gue guru itu pekerjaan yang menciptakan pekerjaan lainnya seperti dokter, tentara, insinyur, pengusaha, dll. Karena awalnya mereka yang berkarir sukses itu pasti hasil didikan dari guru-gurunya terdahulu.
Gue ditugasi mengajar kelas XI AP 1 & 2. Kelas yang isinya benar-benar dari kelompok yang berbeda. Bukan hak gue untuk membanding-bandingkan mereka, karena gue sendiri pun gak suka kalo harus dibandingin sama orang lain. Tapi inilah yang gue rasain saat mengajar mereka.
Mereka sama-sama nerima kehadiran gue sebagai guru pengganti di sana. Thank you, guys! Kepolosan mereka, keisengan mereka, dll, gue terima selama gak melanggar batas. Bahkan mereka kasih gue kejutan ulang tahun.
Mereka mungkin gak pernah sadar kalau pujian yang mereka kasih buat gue, itu berarti banget buat ngilangin kepenatan dan rasa lelah. Memotivasi gue buat gak banyak ngeluh karena tekanan yang gue dapat. Trust me, it was not as easy as you think.
Tapi semuanya sudah berlalu dengan menyenangkan. Ternyata apa yang gue takutin sebelum mulai program ini gak berarti apa-apa. Gue jadi makin percaya sama kutipan paling atas di tulisan ini. Makasih banyak buat organisasi kampus gue yang buat gue selalu berpikir positif :)))
Dan skripsi pun di depan mata...
Jadi mungkin gue bakal ngurangin kehadiran gue di blog. Tapi gue masih di sini, mengawasi pengunjung blog gue haha.
Mohon doanya teman-teman. I'm nothing without you, guys!
Based on the true story...
“Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.”
— Lao Tzu
Tugas sebagai seorang mahasiswi semester 3 dan sebagai seorang staf Humas di sebuah organisasi tingkat universitas, membuat mata Fairuz masih terjaga pada pukul 10 malam. Ia masih membuat sebuah desain banner untuk acara di organisasinya beberapa Minggu lagi. Sampai ponselnya berdering menandakan ada pesan baru masuk.
From: 0857123434**
Selamat malam Bapak/Ibu Fairuz. Saya Dimas Setyawan, calon anggota baru KSPA UNJ yang dijadwalkan untuk observasi di TKK Kampung Bandan besok. Maaf besok berangkat jam berapa ya Bapak/Ibu Fairuz? Terimakasih.
10.11 pm
Fairuz tertawa geli membaca pesan yang dikirimkan oleh Dimas. Ia berpikir Dimas begitu formal dan patuh pada peraturan yang memang dibuat oleh panitia untuk memanggil senior dengan sebutan Bapak/Ibu selama masa observasi.
To: Dimas Setyawan
Iya besok jam 8 sudah ada di sekretariat yaa. Kasih tau temen-temennya yang satu jadwal sama kamu.
10.14 pm
Keesokan paginya, Fairuz telat. Ia sampai di sekretariat jam 8 lebih. Ini memang kebiasaan buruk yang ia pelihara sejak masuk kuliah. Di sekretariat, ia melihat beberapa temannya dan calon anggota baru yang berkumpul menunggu pengajar menjemput mereka ke lokasi TK.
"Eh Fai, parah lu baru dateng, katanya janjian sama caba (calon anggota baru) jam 8?" Tanya Yudi, teman yang Fairuz kenal sejak duduk di bangku kuliah.
"Hehe iyaa. Mana yaa yang mau ke Kampung Bandan? Tau gak Lo? Tanyain dong,"
Fairuz sudah tahu yang mana Dimas, yang menghubunginya semalam. Tapi Dimas belum tentu tahu Fairuz yang mana. Karena hanya ada 1 laki-laki lain di sini selain Yudi dan dia sudah pasti Dimas. Organisasi ini memang mayoritas perempuan.
Perawakan Dimas yang jauh lebih tinggi dari Fairuz dan Fairuz baru tahu bahwa Dimas adalah angkatan 2012, yang berarti senior Fairuz, membuatnya tambah canggung. Tapi perputaran waktu yang tak pernah berhenti, membuat Fairuz harus melakukannya sekarang juga.
"Eh kamu yang namanya Dimas ya?"
"Iya," Dimas langsung menyimpan ponselnya ke dalam saku celana.
"Mmm jalan yuk. Udah setengah sembilan nih. Udah kumpul semua ko caba yang observasi bareng kamu."
"Oh oke. Ini Fairuz ya?"
"Iya hehe. Fai aja,"
Kami pun pamit pada teman-teman yang berada di sekretariat. Seperti kebiasaan pada organisasi umumnya. Termasuk pamit pada Yudi yang sedang asik di depan komputer.
"Yud, jalan dulu gue."
"Oh iya, tiati." Yudi ganti melihat Dimas yang berdiri di sebelah Fairuz.
"Lo sama Fai, Dim? Tiati lo digombalin!" Ejek Yudi yang membuat Fairuz merah.
"Tenang aja, nanti gue gombalin balik!" Sahut Dimas enteng membuat Fairuz terkejut.
.
.
.
.
***
"Fai, pacar lo ganti lagi?"
"Paling nih yaa, bertahan cuma 3 bulan. Paling lama 6 bulan lah,"
"Jangan mau pacaran sama Fai. Pacaran sama Fai cepet putusnya,"
"Oh elu udah dapat pacar di sini terus keluar ya, Dim?"
Pembicaraan semacam itu selalu muncul di awal kebersamaan Dimas dan Fairuz, keduanya sama-sama tak begitu memikirkan perkataan senior mereka di organisasi tersebut. Bagi mereka, orang lain tak pernah bisa merasakan emosi yang sedang mereka rasakan. Biarlah mereka bicara apa, yang penting hubungan Dimas dan Fairuz baik-baik saja.
.
.
.
.
***
Begitulah awal mula aku bertemu dengan kekasihku, Dimas Setyawan. Pertemuan yang sederhana tapi menyenangkan. Dimas terus mengajari aku untuk menjadi lebih dewasa dalam bertindak dan berpikir. Ia menyadarkan aku arti tujuan dalam hubungan ini, membuat aku tak bisa berpaling dari hatinya.
Benar yang dikatakan teman-teman bahwa memang sebelum bertemu Dimas, aku kewalahan memantapkan hatiku pada satu laki-laki saja. Tapi setelah bertemu Dimas, aku tanpa ragu memantapkan hatiku padanya.
Beruntungnya aku diterima oleh orangtua Dimas yang begitu hangat menyambutku tiap kali aku mampir ke rumahnya. Mendapatkan restu mereka yang belum tentu diberikan pada perempuan lain.
Setiap kali aku merasa khawatir, Dimas mampu menenangkan lewat kata-katanya yang manis dan tindakannya yang selalu berubah menjadi lebih baik.
Ia tak pernah mengeluh kalau harus mengantarku dari Jakarta ke Tangerang lalu ia kembali lagi ke Jakarta. Hal ini pun masih dilakukannya hingga sekarang.
Pernah kami harus menjalani hubungan jarak jauh. Aku di Jakarta dan dia di Wonosobo. Tanpa tahu kapan kami akan kembali di satu kota yang sama, tiap hari kami lalui dengan sabar. Aku tak bisa sering bertemu dengannya sebelum ia pergi ke Wonosobo karena aku sedang menjalani program kuliah di Banten. Dimas yang menyempatkan datang ke Banten untuk bertemu denganku sebelum ia pergi ke Wonosobo.
Aku percaya bahwa curhat ke teman dekat mengenai aku yang sedang menjalani hubungan jarak jauh ini, bukan hal yang bisa dibilang baik. Mereka bisa saja berpendapat yang tidak baik pada Dimas dan mempengaruhi ku. Jadi selama kami menjalani hubungan jarak jauh, hanya beberapa teman saja yang mengetahuinya. Sampai kabar baik pun datang. Dimas mengabariku bahwa ia mendapat tawaran kerja di Jakarta. Aku sangat lega.
Dimas semakin dekat dengan keluargaku. Bahkan keluarga besarku sudah mengenalnya. Ia juga semakin mengenal sahabat-sahabatku. Ia tak pernah malu untuk sekedar kuajak nongkrong dengan sahabatku yang sudah pasti semuanya perempuan.
Dia bukan hanya peduli padaku, tapi juga orang-orang di sekitarku. Dia bisa menyatu.
Kalau boleh jujur baru kali ini aku berhubungan dengan seorang pria dan benar-benar ingin berakhir bahagia bersamanya.
Happy 2nd Anniversary. Let's welcoming the 3rd year! Xx
Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu
Selalu, slalu dalam hatiku
Ku melangkah sejauh apapun itu
Selalu kau didalam hatiku
Seharusnya keputusanku untuk pergi darimu adalah keputusan yang tepat. Ini akan baik bagi hidupmu, juga hidupku. Kita belum bisa bersatu, masih ada begitu banyak hambatan. Tapi ketahuilah bahwa kamu tetap jadi pemilik debaran di dadaku. Sejauh apapun aku melangkah menjauhimu.
Ku berjalan, berjalan memutar waktu
Berharap temukan sisa hatimu
Mengertilah ku ingin engkau begitu
Mengerti kau di dalam hatiku
Aku tahu akan aneh jika aku mengirimimu pesan dan menanyai kabar serta kesibukanmu saat ini. Tapi nyatanya aku tetap melakukan itu. Berharap kamu masih ada di situ dan selalu disitu. Berharap kamu mengerti bahwa biarpun aku pergi, kamu tak pernah pergi dari hatiku. Tetaplah disitu, Kasih.
Tak Bisakah kau menungguku
Hingga nanti tetap menunggu
Tak Bisakah kau menuntunku
Menemani dalam hidupku
Tapi ternyata kau pergi. Pergi ke arah yang berlawanan dariku. Pergi ke tujuan yang berbeda dariku. Menciptakan seribu tanya di dalam hati yang tak akan pernah ada jawabannya. Memupuskan harapan untuk selalu bersamamu selamanya.
Kasih, kau menjadi hidupku
Kemana, kau tahu isi hatiku
Tunggu, sejenak aku disitu
Jalanku, jalan menemukanmu
Seharusnya kamu tahu seberapa penting hadirmu dalam hidupku. Seharusnya kamu tau maksud kata cinta yang selalu ku bisikan di dalam pesan. Kamu cukup tunggu aku saja. Tunggu sampai aku bisa menyatukan kita dalam ikatan yang indah.
Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu
Selalu, slalu dalam hatiku
Ku melangkah sejauh apapun itu
Selalu kau didalam hatiku
Ku berjalan, berjalan memutar waktu
Berharap temukan sisa hatimu
Mengertilah ku ingin engkau begitu
Mengerti kau di dalam hatiku
Tak Bisakah kau menungguku
Hingga nanti tetap menunggu
Tak Bisakah kau menuntunku
Menemani dalam hidupku
Kasih, kau menjadi hidupku
Kemana, kau tahu isi hatiku
Tunggu, sejenak aku disitu
Jalanku, jalan menemukanmu
#Tak Bisakah - Peterpan/NOAH
Ketika kau sapa aku, aku masih bisa menjawabnya dengan senyuman dan anggukan
Ketika suasana hening, aku masih bisa mewarnainya dengan candaku
Ketika kau berkeluh kesah, aku masih bisa memberimu pundak
Ketika ada sesuatu hal yang menghibur, aku masih bisa tertawa lebar
Tapi sayang itu semua hanya sebuah pencitraan
Pencitraan agar tak ada celah untuk kalian menyelami hidupku
Apa yang sebenarnya terjadi di belakang layar
Betapa menyedihkannya seorang aku
Sakit dan terluka karena mencintainya
Betapa bodohnya seorang aku
Membiarkan dia terus membuat lukaku semakin dalam
Dan tak tahu cara menghentikannya
Atau karena memang aku tak bisa berhenti mencintainya?
Karena memang begitu takdir Tuhan
Dia harus kucintai hingga akhir hayat ku
Aku ikhlas mencintainya
Biar lukaku pun tak pernah mengering, aku tak peduli
Asal dia tetap bahagia
Kemarin aku bertemu lagi dengannya. Dia tersenyum begitu manis dan lugu. Kami memang biasanya tak banyak bicara ketika bertemu, masih terlalu canggung untuk bicara berdua. Jadi biasanya setelah saling melempar senyum, kami akan kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Dia pertama muncul di hadapanku bersama teman-temannya. Kata teman-temanku mereka selalu mencariku. Dan ketika mereka mendapatkan kesempatan bertemu denganku, hal yang pertama mereka bicarakan adalah perihal makan bersama.
Tak banyak yang kuketahui tentang dirinya selain namanya dan statusnya yang sudah memiliki kekasih. Aku pun lebih sering bersapa dengan teman-temannya. Beberapa kali bertemu dengannya pun tak membuat hubunganku dengannya menjadi baik.
Karena dalam beberapa pertemuan yang terjadi di antara aku dan dia, aku sebenarnya tahu dia berpura-pura tidak melihatku. Untuk menjaga perasaan wanitanya yang berada di sekitarnya.
Untungnya dia tidak memiliki hatiku. Sehingga saat dia melakukan hal tersebut padaku, aku tak merasa sakit hati. Teruskanlah, perjuangkan dia yang memang pantas diperjuangkan. Aku menghargainya.
Pun aku masih ingat ketika kita bertemu terakhir kali. Aku melihat dia dan dia melihatku. Tapi dia langsung membuang muka dan memperlambat langkahnya agar tak berjalan tepat di sisiku. Aku pun memilih untuk berpura-pura tak melihatnya. Karena aku tahu ada wanitanya di sekitar saat itu.
Aku tak akan protes. Walau sebenarnya aku tahu apa yang sedang kamu lakukan. Tapi setidaknya jelaskan yang sebenarnya terjadi. Mengapa harus berpura-pura tak melihatku? Kau membuatku berpikir betapa tidak sukanya wanitamu terhadapku.
Apa aku benar???