Jumat, 23 Desember 2016

Memori Dua Tahun

Based on the true story...

“Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.”
— Lao Tzu

Tugas sebagai seorang mahasiswi semester 3 dan sebagai seorang staf Humas di sebuah organisasi tingkat universitas, membuat mata Fairuz masih terjaga pada pukul 10 malam. Ia masih membuat sebuah desain banner untuk acara di organisasinya beberapa Minggu lagi. Sampai ponselnya berdering menandakan ada pesan baru masuk.

From: 0857123434**
Selamat malam Bapak/Ibu Fairuz. Saya Dimas Setyawan, calon anggota baru KSPA UNJ yang dijadwalkan untuk observasi di TKK Kampung Bandan besok. Maaf besok berangkat jam berapa ya Bapak/Ibu Fairuz? Terimakasih.
10.11 pm

Fairuz tertawa geli membaca pesan yang dikirimkan oleh Dimas. Ia berpikir Dimas begitu formal dan patuh pada peraturan yang memang dibuat oleh panitia untuk memanggil senior dengan sebutan Bapak/Ibu selama masa observasi.

To: Dimas Setyawan
Iya besok jam 8 sudah ada di sekretariat yaa. Kasih tau temen-temennya yang satu jadwal sama kamu.
10.14 pm

Keesokan paginya, Fairuz telat. Ia sampai di sekretariat jam 8 lebih. Ini memang kebiasaan buruk yang ia pelihara sejak masuk kuliah. Di sekretariat, ia melihat beberapa temannya dan calon anggota baru yang berkumpul menunggu pengajar menjemput mereka ke lokasi TK.

"Eh Fai, parah lu baru dateng, katanya janjian sama caba (calon anggota baru) jam 8?" Tanya Yudi, teman yang Fairuz kenal sejak duduk di bangku kuliah.

"Hehe iyaa. Mana yaa yang mau ke Kampung Bandan? Tau gak Lo? Tanyain dong,"

Fairuz sudah tahu yang mana Dimas, yang menghubunginya semalam. Tapi Dimas belum tentu tahu Fairuz yang mana. Karena hanya ada 1 laki-laki lain di sini selain Yudi dan dia sudah pasti Dimas. Organisasi ini memang mayoritas perempuan.

Perawakan Dimas yang jauh lebih tinggi dari Fairuz dan Fairuz baru tahu bahwa Dimas adalah angkatan 2012, yang berarti senior Fairuz, membuatnya tambah canggung. Tapi perputaran waktu yang tak pernah berhenti, membuat Fairuz harus melakukannya sekarang juga.

"Eh kamu yang namanya Dimas ya?"

"Iya," Dimas langsung menyimpan ponselnya ke dalam saku celana.

"Mmm jalan yuk. Udah setengah sembilan nih. Udah kumpul semua ko caba yang observasi bareng kamu."

"Oh oke. Ini Fairuz ya?"

"Iya hehe. Fai aja,"

Kami pun pamit pada teman-teman yang berada di sekretariat. Seperti kebiasaan pada organisasi umumnya. Termasuk pamit pada Yudi yang sedang asik di depan komputer.

"Yud, jalan dulu gue."

"Oh iya, tiati." Yudi ganti melihat Dimas yang berdiri di sebelah Fairuz.

"Lo sama Fai, Dim? Tiati lo digombalin!" Ejek Yudi yang membuat Fairuz merah.

"Tenang aja, nanti gue gombalin balik!" Sahut Dimas enteng membuat Fairuz terkejut.
.
.
.
.
***

"Fai, pacar lo ganti lagi?"

"Paling nih yaa, bertahan cuma 3 bulan. Paling lama 6 bulan lah,"

"Jangan mau pacaran sama Fai. Pacaran sama Fai cepet putusnya,"

"Oh elu udah dapat pacar di sini terus keluar ya, Dim?"

Pembicaraan semacam itu selalu muncul di awal kebersamaan Dimas dan Fairuz, keduanya sama-sama tak begitu memikirkan perkataan senior mereka di organisasi tersebut. Bagi mereka, orang lain tak pernah bisa merasakan emosi yang sedang mereka rasakan. Biarlah mereka bicara apa, yang penting hubungan Dimas dan Fairuz baik-baik saja.
.
.
.
.
***

Begitulah awal mula aku bertemu dengan kekasihku, Dimas Setyawan. Pertemuan yang sederhana tapi menyenangkan. Dimas terus mengajari aku untuk menjadi lebih dewasa dalam bertindak dan berpikir. Ia menyadarkan aku arti tujuan dalam hubungan ini, membuat aku tak bisa berpaling dari hatinya.

Benar yang dikatakan teman-teman bahwa memang sebelum bertemu Dimas, aku kewalahan memantapkan hatiku pada satu laki-laki saja. Tapi setelah bertemu Dimas, aku tanpa ragu memantapkan hatiku padanya.

Beruntungnya aku diterima oleh orangtua Dimas yang begitu hangat menyambutku tiap kali aku mampir ke rumahnya. Mendapatkan restu mereka yang belum tentu diberikan pada perempuan lain.

Setiap kali aku merasa khawatir, Dimas mampu menenangkan lewat kata-katanya yang manis dan tindakannya yang selalu berubah menjadi lebih baik.

Ia tak pernah mengeluh kalau harus mengantarku dari Jakarta ke Tangerang lalu ia kembali lagi ke Jakarta. Hal ini pun masih dilakukannya hingga sekarang.

Pernah kami harus menjalani hubungan jarak jauh. Aku di Jakarta dan dia di Wonosobo. Tanpa tahu kapan kami akan kembali di satu kota yang sama, tiap hari kami lalui dengan sabar. Aku tak bisa sering bertemu dengannya sebelum ia pergi ke Wonosobo karena aku sedang menjalani program kuliah di Banten. Dimas yang menyempatkan datang ke Banten untuk bertemu denganku sebelum ia pergi ke Wonosobo.

Aku percaya bahwa curhat ke teman dekat mengenai aku yang sedang menjalani hubungan jarak jauh ini, bukan hal yang bisa dibilang baik. Mereka bisa saja berpendapat yang tidak baik pada Dimas dan mempengaruhi ku. Jadi selama kami menjalani hubungan jarak jauh, hanya beberapa teman saja yang mengetahuinya. Sampai kabar baik pun datang. Dimas mengabariku bahwa ia mendapat tawaran kerja di Jakarta. Aku sangat lega.

Dimas semakin dekat dengan keluargaku. Bahkan keluarga besarku sudah mengenalnya. Ia juga semakin mengenal sahabat-sahabatku. Ia tak pernah malu untuk sekedar kuajak nongkrong dengan sahabatku yang sudah pasti semuanya perempuan.

Dia bukan hanya peduli padaku, tapi juga orang-orang di sekitarku. Dia bisa menyatu.

Kalau boleh jujur baru kali ini aku berhubungan dengan seorang pria dan benar-benar ingin berakhir bahagia bersamanya.

Happy 2nd Anniversary. Let's welcoming the 3rd year! Xx

Rabu, 14 Desember 2016

Tak Bisakah

Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu
Selalu, slalu dalam hatiku
Ku melangkah sejauh apapun itu
Selalu kau didalam hatiku

Seharusnya keputusanku untuk pergi darimu adalah keputusan yang tepat. Ini akan baik bagi hidupmu, juga hidupku. Kita belum bisa bersatu, masih ada begitu banyak hambatan. Tapi ketahuilah bahwa kamu tetap jadi pemilik debaran di dadaku. Sejauh apapun aku melangkah menjauhimu.

Ku berjalan, berjalan memutar waktu
Berharap temukan sisa hatimu
Mengertilah ku ingin engkau begitu
Mengerti kau di dalam hatiku

Aku tahu akan aneh jika aku mengirimimu pesan dan menanyai kabar serta kesibukanmu saat ini. Tapi nyatanya aku tetap melakukan itu. Berharap kamu masih ada di situ dan selalu disitu. Berharap kamu mengerti bahwa biarpun aku pergi, kamu tak pernah pergi dari hatiku. Tetaplah disitu, Kasih.

Tak Bisakah kau menungguku
Hingga nanti tetap menunggu
Tak Bisakah kau menuntunku
Menemani dalam hidupku

Tapi ternyata kau pergi. Pergi ke arah yang berlawanan dariku. Pergi ke tujuan yang berbeda dariku. Menciptakan seribu tanya di dalam hati yang tak akan pernah ada jawabannya. Memupuskan harapan untuk selalu bersamamu selamanya.

Kasih, kau menjadi hidupku
Kemana, kau tahu isi hatiku
Tunggu, sejenak aku disitu
Jalanku, jalan menemukanmu

Seharusnya kamu tahu seberapa penting hadirmu dalam hidupku. Seharusnya kamu tau maksud kata cinta yang selalu ku bisikan di dalam pesan. Kamu cukup tunggu aku saja. Tunggu sampai aku bisa menyatukan kita dalam ikatan yang indah.


Hatiku bimbang namun tetap pikirkanmu
Selalu, slalu dalam hatiku
Ku melangkah sejauh apapun itu
Selalu kau didalam hatiku

Ku berjalan, berjalan memutar waktu
Berharap temukan sisa hatimu
Mengertilah ku ingin engkau begitu
Mengerti kau di dalam hatiku

Tak Bisakah kau menungguku
Hingga nanti tetap menunggu
Tak Bisakah kau menuntunku
Menemani dalam hidupku

Kasih, kau menjadi hidupku
Kemana, kau tahu isi hatiku
Tunggu, sejenak aku disitu
Jalanku, jalan menemukanmu

#Tak Bisakah - Peterpan/NOAH