Jumat, 19 Agustus 2016

Sedikit Pengorbanan, Mengapa Tidak?

Sebuah perasaan senang selalu mengetuk pintu hati saya ketika diri saya sadar bahwa saya akan segera memasuki suatu dunia baru. Dimana di tempat tersebut, saya dapat membangun sebuah lingkaran pertemanan yang baru dengan latar belakang yang pasti berbeda-beda. Keyakinan untuk diterima di lingkaran pertemanan yang baru pun begitu kuat.

Terbayang banyak hal menyenangkan, info, wawasan, dan lainnya yang dapat saya bagi dan saya terima di lingkaran pertemanan baru itu. Dan sejauh ini yang paling saya senang lakukan ketika menemukan teman baru adalah memahami karakter mereka dan hal apa yang harus saya lakukan untuk membuat mereka juga menyukai saya. Saya melakukan begitu banyak seni untuk memahami karakter mereka yang unik, karena karakter orang yang satu pasti berbeda dengan orang lain.

Tapi terkadang sebersit kekhawatiran muncul dalam bentuk sebuah pertanyaan yang selalu mampu muncul dalam benak hati, tapi tak mampu diungkapkan secara lisan sedetikpun.

Akankah mereka mengingat saya ketika kami sama-sama sibuk dalam perjalanan menggapai sebuah kesuksesan?

Pasti teman-teman pembaca, pernah merasakan hal ini pula.

Ketika teman-teman semasa sekolah dulu, mulai sibuk dengan perjuangannya masing-masing dan mulai sulit untuk ditemui.

Selalu saja ada alasan yang membuat mereka tidak dapat menemui saya. Minggu ini, acara keluarga. Minggu depan, tugas kuliah. Minggu depannya lagi, ada shift kerja. Bulan depan, ada jadwal nonton konser idolanya. Selalu begitu, sampai saya merasa bahwa hanya saya yang berjuang untuk menjaga sebuah tali silaturahmi ini. Hingga saya merasa, apa hanya saya yang tidak sesibuk mereka?

Ketika saya ingin menemui teman lama, saya merelakan beberapa hal. Walau itu hanya sekedar waktu istirahat saya. Menurut saya, itu tak apa. Karena ketika saya menginginkan suatu hal, memang harus ada sesuatu hal lain yang dikorbankan. Hidup semudah itu kok.

Saya bahkan pernah bertemu dengan teman lama di Tangerang ketika saya baru beberapa menit sampai di Tangerang setelah perjalanan dari Jakarta mengenakan angkutan umum. Atau sebaliknya ketika saya ingin bertemu teman di Jakarta, maka saya harus rela memundurkan waktu saya untuk pulang ke Tangerang.

Ketika saya sudah merencanakan weekend saya untuk mengerjakan tugas kuliah, dan tiba-tiba teman lama meminta untuk bertemu pun, saya akan lebih memilih untuk bertemu dengan teman lama saya. Tugas bisa nanti, pikir saya.

Hanya sekedar waktu bertemu untuk saling menyapa dan menanyakan kabar yang saya minta. Teknologi memang sudah canggih. Tapi bertatap muka dengan teman lama adalah hal yang bisa membuat saya sangat senang. Mungkin ini sebab saya adalah seseorang dengan atribut pemikiran sosial hehe.

Jadi percayalah sahabat, yang sibuk bukan hanya kamu. Jika kamu mau dan sungguh berniat menemui teman lamamu yang ada di luar negeri sekali pun akan menjadi hal yang mudah untuk dilakukan. Sedikit pengorbanan, mengapa tidak???